the biography of my work

Buku Wawan Kurniawan, Museum Kehilangan (GPU, 2020), berisi sejumlah sajak yang berangkat dari peristiwa pembunuhan aktivis HAM, Munir. Kendati begitu, Wawan berhasil membawa kita lebih jauh melampaui peristiwa tersebut. Dan, dengan beragam cara, melalui sajak-sajak di buku ini, Wawan mengajak kita untuk merenungi dan memaknai kehilangan, dari kehilangan personal hingga sosial.

Buku Ama Achmad, Keterampilan Membaca Laut (GPU, 2019), berisi sajak-sajak yang, dengan bahasa yang tenang, membicarakan gejolak laut berombak. Melalui sajak-sajak di buku ini kita bisa menemukan pengalaman dan pengamatan Ama Achmad yang cermat atas banyak persoalan di Luwuk Banggai: dari tradisi dan tegangannya dengan persoalan ekologi hingga kerumitan hidup para perempuan Bajo

Novel Rio Johan, Buanglah Hajat pada Tempatnya (KPG, 2020), adalah cerita dalam cerita, adalah cerita tentang cerita. Dengan menggunakan humor skatalogi, Rio mendefamiliarisasi realitas masa kini ke dalam realitas pasca-kiamat. Siasat tersebut membuatnya berhasil bicara beragam isu, terutama siasat-siasat perlawanan terhadap beragam bentuk dominasi kekuasaan, salah satunya adalah bercerita. Rio, melalui buku ketiganya ini, juga menunjukkan dengan baik keluwesan dan kelenturan bahasa Indonesia; Rio membuktikan bahwa bahasa Indonesia, sebagai medium bercerita, sama sekali tidak miskin

Novel Asmayani Kusrini, Siri' (MCL, 2020), sebagaimana judulnya adalah kisah keluarga yang hendak mendefenisikan dan mempertanyakan konsep siri' melalui tokoh-tokoh utamanya. Kisah keluarga yang arsitekturnya banyak dipengaruhi oleh film ini juga bisa dibaca sebagai alegori untuk membicarakan kondisi sosio-politik Indonesia saat ini. Melalui kisah ini kita akan bertemu begitu banyak isu; dari konflik antar-generasi, poligami hingga korupsi, dari kekerasan terhadap komunitas terpinggirkan, street art, hingga militerisme di Papua.

Buku Ilda Karwayu, Binatang Kesepian dalam Tubuhmu (GPU, 2020), berisi sejumlah sajak yang, dengan beragam siasat literer, membicarakan dan memperkarakan tubuh, terutama tubuh perempuan. Tubuh di sajak-sajak Ilda bertarung dengan banyak perkara dari luar tubuh. Tubuh perempuan di sajak-sajak Ilda di buku ini juga kerap hadir sebagai metafora (dan metonimia) untuk mengatakan yang selain tubuh manusia.

Buku Nurhady Sirimorok, Yang Tersisa dari Yang Tersisa (Buku Mojok, 2020), yang dibahas di episode ini adalah ruang lapang bagi anak muda desa untuk menyuarakan persoalan mereka, perkara yang masih kurang diberi tempat di sastra Indonesia. Melalui kisah ini juga, Nurhady Sirimorok melawan narasi media yang selama ini meletakkan desa hanya di dua tempat: kriminalitas/bencana dan romantisme keindahan.

Buku Mutia Sukma, Cinta dan Ingatan (Diva Press, 2019), yang dibahas di episode ini berisi sejumlah sajak yang mengenakan bahasa bersahaja dan tenang. Namun kebersahajaan bahasa Mutia Sukma adalah ruang lapang dan dalam bagi cinta dan ingatan menemukan warna dan makna yang kaya.

Sala Dewi (Indonesia Tera, 2020), buku Emil Amir yang dibahas di episode ini berisi sebelas cerita pendek tentang konflik dan perjuangan kelas bawah dan komunitas terpinggirkan melawan institusi mapan yang menekan mereka. Tema lokalitas, keluarga, LGBT berjalin kelindan dan dituturkan dengan bahasa yang jernih dan sangat terukur. Mari simak obrolan kami dengan Emil Amir!

Buku Ruhaeni Intan, Arapaima (Buku Mojok, 2019), yang dibahas di episode ini adalah novela yang mengisahkan persoalan sehari-hari yang dihadapi perempuan kelas pekerja. Melalui penuturan yang ringan dan segar, tapi dalam, Intan menghamparkan persoalan para perempuan pekerja beserta siasat-siasat mereka untuk melawan. Mari simak obrolan kami dengan Ruhaeni Intan!

Buku Raisa Kamila, Bagaimana Cara Mengatakan "Tidak" (Buku Mojok, 2020), yang dibahas di episode ini adalah sekumpulan cerita pendek tentang beragam persoalan perempuan. Keringkasan dan kesederhanaan masing-masing cerita berhasil menampung kompleksitas persoalan perempuan di tengah hal-hal besar dan rumit seperti identitas, tubuh, agama, kuasa negara, ruang, dan kapitalisme. Mari simak obrolan kami bersama Raisa Kamila, penulisnya!